Selasa, 10 Januari 2012

Erix soekamti "BERCERITA TENTANG TATTO"

Erixxx Soekamti, frontman kelompok Punk Rock tenar asal Yogya, Endank Soekamti; berbagi cerita seputar tattoo.




Tentang tattoo paling pertamanya

Tattoo pertamaku tahun 1998 oleh Anton, vokalis bandku dulu (Black Sky) dalam keadaan sama-sama tidak sadar. Dengan alat rakitan & tinta Rottring aku dibaptis menjadi bagian dari masyarakat ber-tattoo. Maunya sih di-tattoo logo Fred Perry, tapi aku baru sadar kalo bentuknya lebih mirip sila kedua Pancasila (lihat foto di atas) hi hi hi…
Tattoo ini gak akan aku cover up karna mengingatkan dulu aku seorang skinhead yang dibodoh-bodohi vokalisnya sendiri… di era Millenium aku bikin band skinhead lagi (National Youth) tanpa Anton lagi.. Oi oi oi! He he he… Selamat ulang tahun 1 dekade tattoo mungilku yang lucuuu…



Kontradiksi tattoo vs rencana pernikahannya


Dua tahun terakhir ini aku diultimatum calon mertua untuk tidak menambah tattoo. Katanya,”Hentikan tatoto atau hentikan pernikahanmu!!” …Jadi aku putuskan untuk break menambah panu. Tapi kalo temen-temen mo kasih kado pernikahan tattoo gratis aku masih banyak lahan kosong… ho ho ho… Tapi ya sudahlah, mengalah bukan berarti kalah, kita hanya butuh strategi untuk cinta & mertua. Kalo tattoo itu haram, gigi besi halal kan?? Yang penting anakmu bisa aku nikahi… ho ho ho… Sementara ini aku baru eksis di dunia gigi besi, ntar habis nikah mungkin karir tattoo akan berlanjut lagi…



Pendapatnya mengenai penggemar tattoo di Indonesia


Menurutku orang yang punya tattoo adalah orang yang hebat. Mereka adalah orang yang custom dengan gaya hidup yang custom juga. Kaum ber-tattoo adalah kaum yang terdidik mandiri, berani & tegas membuat suatu keputusan dalam hidup. Untuk membuat tattoo dia akan dihadapkan pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan seperti bagaimana dampak-dampak dari keluarga, lingkungan, masa depan & bahkan agama (buat yang percaya), karna gak bisa dipungkiri sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap tattoo adalah tabu. Sebagian agama pun juga mengharamkan adanya tattoo. Jadi dengan kondisi kultur yang seperti ini, secara gak langsung kaum ber-tattoo terbiasa mendesain jalan hidup & masa depannya. Contoh: coba bayangkan saja, mungkin gak aku jadi pegawai negeri?? Kalo jawabannya bisa, pasti kalian bilang bapakku itu SBY he he he… Itu artinya impossible banget, makanya aku gak mau jadi pegawai negeri he he he… Hal-hal seperti itu memaksa kaum ber-tattoo harus berpikir untuk berwirausaha dengan kreatif & berprestasi mengatasi diskriminasi kecil-kecilan ini… Sekian dari saya. Matur nuwun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar