Minggu, 19 Mei 2013

8 bulan di pesantren

Jombang , 11 juli 2012 Suara dentuman keras benda itu begitu menggelegar, alunan melodinya sangat dahsyat ternyata itu adalah suara lonceng alat peringatan di setiap melakukan aktifitas agar lebih teratur dan gak ngawur kalau lagi nganggur. Sekejap membuyarkan seluruh mimpi tidurku, aku tersadar dan duduk terdiam mengamati seluruh bagian di sekelilingku, kebingungan, kegelisahan, kaget, sedih semua bergelut dalam benakku, kudapati sederetan lemari pakaian tersusun rapi dan jumlahnya pun tidak sedikit, sekumpulan manusia berjejer seperti ikan pepes, otakku terus berputar, berpikir dan akhirnya aku kejatuhan sisir, tersentak saja aku kaget dari lamunan panjangku. Aw, sakit! Kupegangi kepalaku sembari menggaruknya, ternyata Kejatuhan sisir yang ukurannya kecil saja serasa saat kejatuhan duren, hufttt. Maaf, aku tidak sengaja! suara itu terdengar begitu lembut di telingaku, kupalingkan wajahku kearah suara itu, maaf ya aku tidak sengaja, sepertinya kamu sedang melamun, siapa namamu? namaku hamida amami panggil saja aku amie hee (sedikit aneh sih baru kenal saja dia sudah cengengesan mungkin karena dia terlalu terpana berkenalan denganku). kuberanikan diriku tuk menjabat tangannya “ade, ayo kita bergegas saatnya sholat subuh jangan sampai kita terlambat nanti kita bisa kena hukuman. Aneh rasanya saat aku mendengar kata HUKUMAN? apa itu “hukuman”? ade dengan santai dan luwesnya menjelaskan padaku (hukuman ini adalah sebuah peringatan saat kita melakukan pelanggaran kedisiplinan kecil maupun berat yaitu dengan cara di pukul menggunakan tali besar dan keras ke arah tangan si pelanggar). oooooo… berusaha memahami penjelasannya dengan sedikit rasa ketakutan kalau saja itu semua terjadi padaku. Aku gak ngerti kenapa bapak dan ibuku memasukkan aku ke pesantren ini tapi aku yakin ini semua akan berbuah manis seperti buah manggis. Kusiapkan diriku untuk segera bergegas ke masjid semua penghuni kamar sibuk dengan atributnya masing-masing. Kulangkahkan kakiku ku ambil sandal dari rak penyimpanan sepatu, perlahan kuamati apa yang ada di sekelilingku semua terasa berbeda saat alunan merdu syair abunawas dilantunkan dari sebuah masjid, bangunan ini ukurannya tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil tapi ia mampu menampung 500 jamaah. Kuletakkan atributku (sajadah dan Al-Qur’an) untuk mengambil air wudhu. Brrrrrrr airnya dingin banget kayak air es, konon katanya para santri sekitar yang sudah lama berada di pesantren ini air aliran dari masjid ini bisa di minum dan dapat mencegah penyakit diantaranya adalah penyakit haus he he he he Pengalaman pertama saat aku bisa melaksanakan sholat berjama’ah di masjid ini yang tidak pernah aku lakukan seumur hidupku. suasananya hening, udaranya sejuk, lukisan-lukisan bertuliskan kalimat Allah begitu terlihat jelas di setiap dinding serta pilar-pilar bangunan ini. Sungguh besar karunia serta nikmatmu ya rob, tiba-tiba kekhusyukanku mencair seketika saat kudengar suara teriakan dari halaman masjid, teriakannya begitu lantang dan menggema seperti suara pemanggilan pembagian sembako di kantor kelurahan, ternyata itu adalah teriakan para pengurus keamanan masjid untuk memberikan sanksi kepada para santri yang terlambat berangkat ke masjid. Mereka berbaris rapi untuk menanti sebuah pukulan lembut yang rasanya lebih dari sekedar di gigit semut. Suasana begitu hening saat pukulan itu satu persatu mengenai sasaran. Andai saja aku tidak cepat bangun dan berangkat mungkin nasibku saat ini akan bernasib sama seperti mereka. Keherananku semakin bertambah saat aku harus mengantri antrian panjang di kamar mandi hanya untuk sekedar mandi. Kesabaran, keikhlasan serta ketulusan hati dipertaruhkan di sini. berbagai macam suku budaya ada di sini dari sabang sampai merauke bahkan dari luar negeri saja banyak. Keberanian adalah modal utama untuk bisa bersosialisasi dengan mereka. Semua gerak gerik tingkah laku di atur oleh waktu karena waktu adalah uang “(Time is Money)”. Makan, mandi, sekolah, ibadah bahkan tidur skalipun sudah di atur. Smakin tidak bisa menghargai dan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya maka semakin banyak pula pelanggaran serta hukuman menanti. Ini terbukti saat aku terlambat melakukan aktifitas tidak sesuai waktu yang ditentukan al hasil semua kegiatanku jadi terbengkalai. Ini untuk yang kesekian kalinya aku terlambat berangkat ke sekolah gara-gara terlambat mandi, bukan hanya aku tapi banyak di antara santriwan yang lainnya mengalami hal yang sama. Hingga akhirnya kita harus membersihkan bangunan masjid induk tanpa ada kotoran sedikipun. sudah 3 kali aku kena hukuman dari bagian pengajaran gara-gara telat kesekolah! hufttt bener-bener gak betah aku pengen pulang saja ke rumah mama di kampung, bosan di hukum terus benar-benar gak berprikemanusiaan, dia adalah ade teman sekamarku yang kebetulan juga sama nasibnya sama aku, anaknya sdikit nakal, kalau ngomong ceplas-ceplos, anak orang kaya keliatan dari semua barang-barang serta penampilannya tapi ia sangat baik walau kadang sangat menyebalkan. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB saatnya aku bergegas mandi persiapan sholat maghrib berjama’ah. Matahari mulai mengurangi tingkat volume sinarnya yang perlahan mulai redup dan tenggelam meninggalkan posisi kedudukannya di siang hari, awan pun seketika berubah menjadi kemerahan, keabu-abuan, lalu kehitaman. Suara adzan maghrib mulai berkumandang sayup-sayup kudengarkan suara lembut sang qoriah dari balik dinding masjid mulai menghilang. Kusiapkan diriku untuk menghadap kehadiratmu ya robb, setiap selesai sholat fardhu rutinitas yang di lakukan adalah membaca al-Qur’an, ayat-ayat allah begitu indah saat kita bisa meresapi, menghayati serta tau arti dari makna yang terkandung di dalamnya. Waktu yang dinantikan telah tiba yaitu saat pengumuman pelanggaran yang tidak mengikuti ngaji)suasana begitu mencekam lalu berubah menjadi hening, sunyi seperti tak berpenghuni. semua telinga bersiap mendengarkan dari setiap nama yang disebutkan. Sujud syukur aku panjatkan ternyata namaku lolos dari eksekusi pelanggaran ngaji , lega rasanya, alhamdulillah ya allah. Kulangkahkan kakiku mengambil sandal dari tumpukan rak lalu keluar masjid, kuperhatikan setiap sudut bangunan tempat ini semua begitu rapi, tertib dan bersih. Tiap kamar di huni oleh 35 orang . Tak ada seorangpun yang bersantai ria layaknya para remaja yang asik berkumpul dengan teman sebayanya menghabiskan waktu meraka sia-sia bersenda gurau dengan tertawa, makan bahkan sampai lupa waktu. Di sini aku gak pernah menyaksikan kebiasan budaya luar yang tanpa batas tapi malah sebuah aktifitas dan rutinitas yang sangat luar biasa semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang ngantri makan, belanja ke koprasi, ngantri di wartel, ngantri di administrasi (tempat pengambilan paket, wesel, tabungan, bahkan tempat pembayaran spp sekolah). Semua serba antri demi melatih diri dan pribadi. Hari-hari kulalui dengan penuh harapan untuk bisa jadi yang terbaik dan kebanggaan untuk kedua orang tua serta keluargaku, tak terasa 8 bulan bukan waktu yang singkat untuk tetap kuat dan menghabiskan masa muda di tempat yang penuh dengan keberkahan ini, terima kasih untuk semua para guru engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa, penyemangat saat tekad ini mulai lemah, untuk kedua orang tuaku yang dengan ikhlas merelakanku untuk menimba ilmu di pesantren ini. Tak ada kata yang terucap kecuali rasa syukur atas smua anugrah dan karunia yang aku dapatkan di sini semoga bermanfaat dunia akhirat, diri sendiri dan orang lain, aminnn…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar